Jakarta, Kondisi tidak turunnya testis ke dalam skrotum ketika bayi diketahui menjadi salah satu pemicu gangguan kesuburan pada
pria dewasa. Tidak hanya itu saja, sebuah penelitian bahkan menunjukkan
bahwa kondisi ini terkait dengan risiko kanker testis.
Anak laki-laki yang testis belum turun ke skrotum saat lahir mungkin hampir tiga kali lebih mungkin untuk mengembangkan kanker testis di kemudian hari, menurut sebuah studi baru.
Berdasarkan sebuah studi yang telah dilakukan sebelumnya, sekitar 5 sampai 10 persen pasien kanker testis dilahirkan dengan testis yang tidak turun. Kondisi ini dikenal dengan istilah medis kriptorkismus, yang disebabkan karena terhentinya proses penurunan satu atau kedua testis di suatu tempat antara rongga perut
dengan kantung zakar.
Para peneliti meninjau kembali 12 studi yang telah dilakukan sebelumnya antara tahun 1980 sampai 2007 yang melibatkan 2 juta orang. Hasilnya diketahui bahwa anak laki-laki dengan testis yang tidak turun, 2,9 kali lebih mungkin mengembangkan kanker testis.
"Studi ini memberikan perkiraan bahwa anak laki-laki dengan kriptorkismus menyebabkan testisnya terisolasi dan testis berubah menjadi lebih ganas," jelas para peneliti menanggapi hasil temuannya tersebut.
Peneliti masih harus mempertimbangkan apakah anak laki-laki yang lahir dengan kondisi testis tidak turun harus menjalani kontrol terhadap kanker testis, mengingat semakin banyaknya kasus kanker testis yang terjadi.
Bentuk testis pria telah berkembang dalam rongga perutnya sejak masih berbentuk janin dalam rahim. Biasanya, testis tersebut akan bergerak ke dalam skrotum sebelum kelahiran, tapi bayi laki-laki dengan kondisi kriptorkismus, testisnya tetap berada dalam rongga perut. Menurut penelitian, sekitar 6 persen dari anak laki-laki, lahir dengan kondisi testis yang tidak turun.
Alasan dari keterkaitan antara kriptorkismus dengan kanker testis sampai saat ini belum jelas. Sebuah studi menunjukkan bahwa kenaikan suhu yang dialami oleh testis selama berada di rongga perut diduga dapat mempromosikan kanker. Hubungan ini bisa juga disebabkan karena kondisi hormonal yang mendasari terjadinya kriptorkismus dan kanker testis.
Studi selanjutnya harus terus mengacu pada hubungan ini dan harus mengkaji apakah risiko kanker dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kriptorkismus yang terjadi pada salah satu atau kedua testis, sejauh mana testis telah turun, dan apakah kondisi tersebut dapat dikoreksi dengan operasi.
Studi ini diterbitkan tanggal 28 November dalam jurnal Archives of Disease in Childhood, seperti dikutip dari myhealthnewsdaily, Jumat (30/11/2012).
Anak laki-laki yang testis belum turun ke skrotum saat lahir mungkin hampir tiga kali lebih mungkin untuk mengembangkan kanker testis di kemudian hari, menurut sebuah studi baru.
Berdasarkan sebuah studi yang telah dilakukan sebelumnya, sekitar 5 sampai 10 persen pasien kanker testis dilahirkan dengan testis yang tidak turun. Kondisi ini dikenal dengan istilah medis kriptorkismus, yang disebabkan karena terhentinya proses penurunan satu atau kedua testis di suatu tempat antara rongga perut
dengan kantung zakar.
Para peneliti meninjau kembali 12 studi yang telah dilakukan sebelumnya antara tahun 1980 sampai 2007 yang melibatkan 2 juta orang. Hasilnya diketahui bahwa anak laki-laki dengan testis yang tidak turun, 2,9 kali lebih mungkin mengembangkan kanker testis.
"Studi ini memberikan perkiraan bahwa anak laki-laki dengan kriptorkismus menyebabkan testisnya terisolasi dan testis berubah menjadi lebih ganas," jelas para peneliti menanggapi hasil temuannya tersebut.
Peneliti masih harus mempertimbangkan apakah anak laki-laki yang lahir dengan kondisi testis tidak turun harus menjalani kontrol terhadap kanker testis, mengingat semakin banyaknya kasus kanker testis yang terjadi.
Bentuk testis pria telah berkembang dalam rongga perutnya sejak masih berbentuk janin dalam rahim. Biasanya, testis tersebut akan bergerak ke dalam skrotum sebelum kelahiran, tapi bayi laki-laki dengan kondisi kriptorkismus, testisnya tetap berada dalam rongga perut. Menurut penelitian, sekitar 6 persen dari anak laki-laki, lahir dengan kondisi testis yang tidak turun.
Alasan dari keterkaitan antara kriptorkismus dengan kanker testis sampai saat ini belum jelas. Sebuah studi menunjukkan bahwa kenaikan suhu yang dialami oleh testis selama berada di rongga perut diduga dapat mempromosikan kanker. Hubungan ini bisa juga disebabkan karena kondisi hormonal yang mendasari terjadinya kriptorkismus dan kanker testis.
Studi selanjutnya harus terus mengacu pada hubungan ini dan harus mengkaji apakah risiko kanker dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kriptorkismus yang terjadi pada salah satu atau kedua testis, sejauh mana testis telah turun, dan apakah kondisi tersebut dapat dikoreksi dengan operasi.
Studi ini diterbitkan tanggal 28 November dalam jurnal Archives of Disease in Childhood, seperti dikutip dari myhealthnewsdaily, Jumat (30/11/2012).
Lowongan
sumber : detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar