Jakarta, Penularan HIV kini tidak hanya terjadi pada kelompok berisiko tinggi seperti pekerja seks dan pengguna narkoba
suntik. Ibu rumah tangga yang selama ini dianggap tidak berisiko, malah
lebih banyak terinfeksi dibandingkan pekerja seks.
Tingginya kasus infeksi HIV, bahkan yang sudah berkembang menjadi AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) pada ibu-ibu rumah tangga diakui oleh Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan, Prof Dr Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE.
"Jumlah kasus AIDS Januari-September 2012 pada ibu rumah tangga dan penjaja seks di seluruh Indonesia, berdasarkan pengakuan pasien dan berdasarkan laporan RS yang diterima Ditjen P2PL Kemenkes adalah 561 kasus pada ibu rumah tangga dan 128 kasus pada penjaja seks," kata Prof Tjandra seperti ditulis Rabu
(5/12/2012).
Kerentanan ibu-ibu rumah tangga yang selama ini dianggap tidak berisiko antara lain adalah ketimpangan gender yang membuat perempuan sulit mengontrol perilaku pasangannya. Otomatis jika perilaku pasangannya berisiko seperti suka membeli seks dan pakai narkoba suntik, maka para istri ikut menanggung akibatnya.
Dibanding pekerja seks, ibu rumah tangga juga dianggap lebih rentan terhadap penularan HIV karena minim perlindungan. Pekerja seks masih bisa memaksa pelanggannya untuk memakai kondom, sementara ibu rumah tangga karena berbagai alasan sering tidak berdaya untuk meminta suaminya untuk memakai kondom saat berhubungan seks.
Lebih memprihatinkan lagi, ibu-ibu yang tertular HIV oleh suaminya sendiri masih berisiko untuk menularkannya lagi pada anak-anak kandungnya. Akibatnya ibu-ibu rumah tangga dan anak-anak yang tidak pernah pakai narkoba maupun membeli seks ikut menanggung akibatnya.
"Peningkatan ibu rumah tangga menjadi keprihatinan karena selalu diikuti oleh peningkatan kasus pada anak," kata Dr Kemal N Siregar, Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) saat menghadiri peringatan Hari AIDS Sedunia yang diadakan oleh Durex dan komunitas BIke2Work di area Car Free Day, Jl Thamrin, Jakarta beberapa waktu lalu.
Untuk mengurangi risiko penularan HIV pada ibu rumah tangga, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) menganjurkan agar perempuan memiliki posisi tawar dalam mengontrol perilaku pasangannya. Bukan untuk urusan seks saja, tetapi juga perilaku lain yang berisiko menularkan HIV seperti menggunakan narkoba suntik.
"Ibu rumah tangga harus bisa terbuka pada suaminya untuk meminta pertanggungjawaban suaminya secara setara. Kalau perilaku suaminya memang berisiko, ibu rumah tangga harus bisa meminta suaminya untuk periksa. Sama-sama periksa untuk memastikan ada penyakit atau tidak," kata Inang Winarso, Direktur Pelaksana Pusat PKBI.
Tingginya kasus infeksi HIV, bahkan yang sudah berkembang menjadi AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) pada ibu-ibu rumah tangga diakui oleh Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan, Prof Dr Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE.
"Jumlah kasus AIDS Januari-September 2012 pada ibu rumah tangga dan penjaja seks di seluruh Indonesia, berdasarkan pengakuan pasien dan berdasarkan laporan RS yang diterima Ditjen P2PL Kemenkes adalah 561 kasus pada ibu rumah tangga dan 128 kasus pada penjaja seks," kata Prof Tjandra seperti ditulis Rabu
(5/12/2012).
Kerentanan ibu-ibu rumah tangga yang selama ini dianggap tidak berisiko antara lain adalah ketimpangan gender yang membuat perempuan sulit mengontrol perilaku pasangannya. Otomatis jika perilaku pasangannya berisiko seperti suka membeli seks dan pakai narkoba suntik, maka para istri ikut menanggung akibatnya.
Dibanding pekerja seks, ibu rumah tangga juga dianggap lebih rentan terhadap penularan HIV karena minim perlindungan. Pekerja seks masih bisa memaksa pelanggannya untuk memakai kondom, sementara ibu rumah tangga karena berbagai alasan sering tidak berdaya untuk meminta suaminya untuk memakai kondom saat berhubungan seks.
Lebih memprihatinkan lagi, ibu-ibu yang tertular HIV oleh suaminya sendiri masih berisiko untuk menularkannya lagi pada anak-anak kandungnya. Akibatnya ibu-ibu rumah tangga dan anak-anak yang tidak pernah pakai narkoba maupun membeli seks ikut menanggung akibatnya.
"Peningkatan ibu rumah tangga menjadi keprihatinan karena selalu diikuti oleh peningkatan kasus pada anak," kata Dr Kemal N Siregar, Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) saat menghadiri peringatan Hari AIDS Sedunia yang diadakan oleh Durex dan komunitas BIke2Work di area Car Free Day, Jl Thamrin, Jakarta beberapa waktu lalu.
Untuk mengurangi risiko penularan HIV pada ibu rumah tangga, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) menganjurkan agar perempuan memiliki posisi tawar dalam mengontrol perilaku pasangannya. Bukan untuk urusan seks saja, tetapi juga perilaku lain yang berisiko menularkan HIV seperti menggunakan narkoba suntik.
"Ibu rumah tangga harus bisa terbuka pada suaminya untuk meminta pertanggungjawaban suaminya secara setara. Kalau perilaku suaminya memang berisiko, ibu rumah tangga harus bisa meminta suaminya untuk periksa. Sama-sama periksa untuk memastikan ada penyakit atau tidak," kata Inang Winarso, Direktur Pelaksana Pusat PKBI.
Lowongan
Dre@ming Post______
sumber : detik
good
BalasHapus