Jakarta, Penularan HIV melalui hubungan seks yang tidak aman masih cukup tinggi. Solusinya adalah menghindari perilaku seks
yang tidak aman, atau kalau terpaksa maka harus diamankan dengan kondom.
Sayangnya, hal itu kadang sulit dilakukan.
Survei Terpadu dan Biologis Perilaku yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2011 menunjukkan penggunaan kondom sebagai alat pelindung masih rendah di kalangan pelanggan seks. Hanya 3 persen laki-laki berisiko tinggi yang selalu pakai kondom.
Padahal ketika seorang laki-laki khususnya yang sudah berkeluarga melakukan hubungan seks berisiko kemudian tertular HIV, maka besar kemungkinannya infeksi akan ditularkan juga ke istrinya. Bahkan kalau istrinya tertular, virusnya bisa menular juga ke anaknya.
Imbauan untuk menggunakan pelindung saat melakukan hubungan seks berisiko selalu diserukan, namun selama ini selalu ditujukan pada pekerja seks. Wajar jika kemudian banyak pekerja seks mulai sadar
pentingnya menggunakan kondom.
Sayangnya, kadang justru para pelangganlah yang tidak mengerti atau tidak mau memahami risiko berganti-ganti pasangan seks tanpa menggunakan kondom. Karena posisi tawarnya lebih besar, akhirnya pelanggan sering memaksa pekerja seks untuk melayaninya tanpa kondom.
"Karena kadang-kadang perempuan pekerja seks itu dalam posisi dieksploitasi, jadi mereka tidak akan mungkin mampu untuk menegosiasikan kepada siapapun," kata Inang Winarso, Direktur Pelaksana Pusat PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) saat ditemui beberapa waktu lalu, seperti ditulis Rabu (5/12/2012).
Pada akhirnya, dampak dari perilaku seks berisiko yang dilakukan para lelaki hidung belang turut dirasakan pula oleh pihak yang tidak tahu apa-apa yakni istrinya yang setia. Saking percayanya, istri berhubungan seks tanpa pelindung dengan suaminya yang diam-diam membawa pulang berbagai penyakit seperti infeksi HIV maupun yang lain lalu tertular dan bukan tidak mungkin akan menularkannya kembali ke anak-anaknya.
Tentunya tidak berarti bahwa anjuran untuk memakai kondom merupakan pembenaran untuk melakukan jajan seks atau melakukan perilaku berisiko lainnya. Abstinence (tidak jajan seks) dan kesetiaan pada pasangan selalu jadi yang utama, namun kalau itupun tidak bisa dilakukan dan dengan 'sangat terpaksa' harus jajan maka setidaknya lindungi diri agar tidak pulang membawa 'oleh-oleh' penyakit buat istri tercinta.
Survei Terpadu dan Biologis Perilaku yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2011 menunjukkan penggunaan kondom sebagai alat pelindung masih rendah di kalangan pelanggan seks. Hanya 3 persen laki-laki berisiko tinggi yang selalu pakai kondom.
Padahal ketika seorang laki-laki khususnya yang sudah berkeluarga melakukan hubungan seks berisiko kemudian tertular HIV, maka besar kemungkinannya infeksi akan ditularkan juga ke istrinya. Bahkan kalau istrinya tertular, virusnya bisa menular juga ke anaknya.
Imbauan untuk menggunakan pelindung saat melakukan hubungan seks berisiko selalu diserukan, namun selama ini selalu ditujukan pada pekerja seks. Wajar jika kemudian banyak pekerja seks mulai sadar
pentingnya menggunakan kondom.
Sayangnya, kadang justru para pelangganlah yang tidak mengerti atau tidak mau memahami risiko berganti-ganti pasangan seks tanpa menggunakan kondom. Karena posisi tawarnya lebih besar, akhirnya pelanggan sering memaksa pekerja seks untuk melayaninya tanpa kondom.
"Karena kadang-kadang perempuan pekerja seks itu dalam posisi dieksploitasi, jadi mereka tidak akan mungkin mampu untuk menegosiasikan kepada siapapun," kata Inang Winarso, Direktur Pelaksana Pusat PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) saat ditemui beberapa waktu lalu, seperti ditulis Rabu (5/12/2012).
Pada akhirnya, dampak dari perilaku seks berisiko yang dilakukan para lelaki hidung belang turut dirasakan pula oleh pihak yang tidak tahu apa-apa yakni istrinya yang setia. Saking percayanya, istri berhubungan seks tanpa pelindung dengan suaminya yang diam-diam membawa pulang berbagai penyakit seperti infeksi HIV maupun yang lain lalu tertular dan bukan tidak mungkin akan menularkannya kembali ke anak-anaknya.
Tentunya tidak berarti bahwa anjuran untuk memakai kondom merupakan pembenaran untuk melakukan jajan seks atau melakukan perilaku berisiko lainnya. Abstinence (tidak jajan seks) dan kesetiaan pada pasangan selalu jadi yang utama, namun kalau itupun tidak bisa dilakukan dan dengan 'sangat terpaksa' harus jajan maka setidaknya lindungi diri agar tidak pulang membawa 'oleh-oleh' penyakit buat istri tercinta.
Lowongan
Dre@ming Post______
sumber : detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar